Tempat yang kamu suka, Indonesia -- Seperti yang kalian ketahui bahwa popularitas mata uang kripto dan bitcoin sangat naik hingga saat ini bahkan pihak Google merasa resah dengan popularitas uang kripto dan bitcoin. Sebagai solusi dari rasa resah merekapun melarang seluruh iklan yang berbau bitcoin dan mata uang kripto dalam bisnis apapun yang mereka miliki.
Google baru saja membuat kebijakan baru tentang iklan layanan keuangan bahwa ia akan memblokir segala hal yang berbau cryptocurrency, bukan hanya iklan. Namun juga, segala produk yang berhubungan dengannya seperti iklan initial coin semaoffering (ICO--cam penawaran saham perdana), iklan tempat perdagangan mata uang kripto, sampai iklan soal dompetnya pun kena larang.
Keputusan tersebut berlaku untuk semua pihak yang bermain di sektor mata uang digital. Hal ini membuat perusahaan terlegitimasi dalam penawaran cryptocurrency pun tidak luput dalam pelarangan pemasangan iklan di semua produk milik Google.
Keresahan Google terhadap mata uang kripto berpangkal pada potensi penipuan.
Kebijakan ini akan mulai pada Juni. Langkah awal ini akan mereka lakukan untuk bersih-bersih dari segala iklan penipuan.
"Meningkatkan pengalaman iklan di seluruh web, dengan menghapus iklan yang berbahaya atau iklan intrusif, akan jadi prioritas tertinggi buat kami," kata Scott Spencer yang mengepalai keberlangsungan iklan di Google seperti dikutip dari Reuters.
Sebelumnya langkah serupa sudah dilakukan oleh Facebook pada Januari lalu. Dengan melarang iklan mengenai mata uang kripto, mereka berharap pengguna terhindar dari ancaman penipuan.
Langkah drastis dari Google dan Facebook ini tak lepas dari desakan para pengiklan besar mereka. Unilever adalah salah satu pengiklan yang tidak suka dengan banyaknya konten 'liar' di Google dan Facebook.
"Ini bukan sesutu yang dapat dikesampingkan atau diabaikan," tukas kepala pemasaran Unilever, Keith Weed, seperti dilaporkan oleh CNN.
Unilever termasuk ke dalam perusahaan dengan belanja iklan besar. Anggaran pemasaran mereka berkisar Rp136 triliun per tahun dan 25 persen di antaranya mengalir ke ranah digital.
Desakan Unilever ke Google dan Facebook ini menjadi relevan karena kedua perusahaan teknologi itu menguasai 60 persen belanja iklan yang berputar di seluruh dunia selama 2017.
Google baru saja membuat kebijakan baru tentang iklan layanan keuangan bahwa ia akan memblokir segala hal yang berbau cryptocurrency, bukan hanya iklan. Namun juga, segala produk yang berhubungan dengannya seperti iklan initial coin semaoffering (ICO--cam penawaran saham perdana), iklan tempat perdagangan mata uang kripto, sampai iklan soal dompetnya pun kena larang.
Keputusan tersebut berlaku untuk semua pihak yang bermain di sektor mata uang digital. Hal ini membuat perusahaan terlegitimasi dalam penawaran cryptocurrency pun tidak luput dalam pelarangan pemasangan iklan di semua produk milik Google.
Keresahan Google terhadap mata uang kripto berpangkal pada potensi penipuan.
Kebijakan ini akan mulai pada Juni. Langkah awal ini akan mereka lakukan untuk bersih-bersih dari segala iklan penipuan.
"Meningkatkan pengalaman iklan di seluruh web, dengan menghapus iklan yang berbahaya atau iklan intrusif, akan jadi prioritas tertinggi buat kami," kata Scott Spencer yang mengepalai keberlangsungan iklan di Google seperti dikutip dari Reuters.
Sebelumnya langkah serupa sudah dilakukan oleh Facebook pada Januari lalu. Dengan melarang iklan mengenai mata uang kripto, mereka berharap pengguna terhindar dari ancaman penipuan.
Langkah drastis dari Google dan Facebook ini tak lepas dari desakan para pengiklan besar mereka. Unilever adalah salah satu pengiklan yang tidak suka dengan banyaknya konten 'liar' di Google dan Facebook.
"Ini bukan sesutu yang dapat dikesampingkan atau diabaikan," tukas kepala pemasaran Unilever, Keith Weed, seperti dilaporkan oleh CNN.
Unilever termasuk ke dalam perusahaan dengan belanja iklan besar. Anggaran pemasaran mereka berkisar Rp136 triliun per tahun dan 25 persen di antaranya mengalir ke ranah digital.
Desakan Unilever ke Google dan Facebook ini menjadi relevan karena kedua perusahaan teknologi itu menguasai 60 persen belanja iklan yang berputar di seluruh dunia selama 2017.
No comments
Sopan-sopan aja